Kerja untuk Tujuan Mulia: Membangun Nilai

Kerja untuk Tujuan Mulia: Membangun Nilai

Sering kali kita melihat pekerjaan hanya sebagai rutinitas harian—tukar waktu dengan uang, menyelesaikan daftar tugas, lalu pulang. Namun, pernahkah kita berhenti sejenak dan bertanya: apakah ada makna yang lebih dalam di balik semua ini?

Saat kita menyadari bahwa pekerjaan kita memiliki tujuan yang lebih besar, pandangan kita akan berubah. Pekerjaan bukan lagi sekadar cara untuk bertahan hidup, melainkan sebuah wadah untuk mengembangkan nilai-nilai mulia dalam diri dan lingkungan kita.Read More

Bertindak berlandaskan Kebenaran, Moral dan Etika

Bertindak berlandaskan Kebenaran, Moral dan Etika

Dalam kehidupan sehari-hari, kita dihadapkan pada berbagai pilihan dan keputusan. Setiap langkah yang kita ambil memiliki konsekuensi, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Sering kali, kita tergoda untuk memilih jalan pintas yang mudah, yang mungkin menguntungkan secara pribadi tetapi mengabaikan prinsip-prinsip yang lebih luhur. Namun, sebagai manusia yang berakal dan berhati nurani, panggilan sejati kita adalah untuk bertindak berlandaskan kebenaran, moral, dan etika.Read More

Menjadikan Hukum Negara ditambah Hukum Agama sebagai Pedoman Hidup

Menjadikan Hukum Negara ditambah Hukum Agama sebagai Pedoman Hidup

Kehidupan ini adalah sebuah perjalanan yang penuh dengan pilihan. Setiap hari, kita dihadapkan pada persimpangan di mana kita harus memutuskan jalan mana yang akan kita ambil. Agar tidak tersesat, kita membutuhkan kompas atau pedoman. Bagi seorang hamba Tuhan dan warga negara yang baik, pedoman itu tidak lain adalah perpaduan antara hukum negara dan hukum agama.Read More

Renungan: Menjadi Pelaku, Bukan Hanya Pemikir

Menjadi Pelaku, Bukan Hanya Pemikir

Kita semua memiliki impian. Kita merancang rencana, memikirkan strategi, dan membayangkan kesuksesan yang akan kita raih. Pikiran kita dipenuhi dengan ide-ide brilian, dan kita merasa seolah-olah kita sudah setengah jalan menuju pencapaian. Namun, seringkali, kita terjebak dalam labirin pikiran kita sendiri. Kita terlalu nyaman dalam fase perencanaan, hingga lupa bahwa yang paling penting adalah aksi.Read More